Minggu, 15 Desember 2013

Meningkatnya Penderita TBC Di Indonesia

paru-paru yang terserang baksil TBC Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke 4 dibawah India, China serta Afrika Selatan. Tentunya hal ini bukanlah suatu prestasi yang bagus, tapi merupakan hasil dari buruknya penanganan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

Menurut perkiraan Balitbangkes atau Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan , Kementrian Kesehatan telah memperkirakan ada sekitar 430.000 kasus TBC yang baru. Dan setiap harinya terjadi sekitar 169 kematian yang terjadi karena TBC.

Penyakit TBC umumnya disebabkan oleh adanya bakteri Mikrobakterium tuberkulosa yang ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882. Sedangkan obat untuk TBC baru ditemukan pada tahun 1940an.

Baksil-baksil penyebab TBC akan ikut terbang di udara pada saat seorang penderita TBC batuk. Dengan adanya baksil-baksil TBC yang terbang di udara tersebut akan measuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan sehingga terkumpul di dalam organ paru-paru. penyebaran baksil TBC.

penyebaran baksil TBCKemudian, baksil-baksil tersebut dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh melalui aliran darah maupun kelenjar getah bening. Karena itulah, mengapa infeksi TBC dapat terjadi di berbagai organ tubuh seperti paru-paru, saluran pencernaan, ginjal, otak, kelenjar getah bening, tulang, dan salin sebagainya. Sedangkan kasus yang paling banyak terjadi adalah infeksi TBC pada paru-paru.

Menurut Kepala Bagian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Trihono mengatakan "Kita harus mengakui bahwa sampai saat ini penyakit TBC masih merajalela, karena TBC masih menjadi penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit stroke, dan bahkan untuk Indonesia bagian timur, TBC sudah menjadi penyebab kematian nomer 1" Pada saat wabah HIV/AIDS mulai terdeteksi di seluruh negara di dunia, TBC merupakan salah satu penyakit yang dapat dikatakan sangat berkaitan dengan penyakit HIV/AIDS.

Sebab, orang yang mengidap HIV/AIDS sangat rentan sekali tertular baksil-baksil penyebab TBC, jika dibandingkan dengan orang yang tidak mengidap HIV/AIDS. Begitu juga sebaliknya, orang yang mengidap TBC sengat mudah sekali untuk tertular penyakit HIV daripada orang yang tidak mengidap TBC. Dalam sebuah wawancara dengan dokter ahli paru-paru di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta, telah terungkap bahwa ada dokter pragtek yang tidak ingin menyebutkan panyakit yang diderita oleh pasiennya bila si pasien terdeteksi pengidap TBC.

penularan TBC
Dokter tersebut hanya menyebutkan penyakit tersebut sebagai infeksi biasa. Akibatnya, obat yang diberikan bukanlah obat untuk TBC sehingga penyakitnya tidak kunjung sembuh. Selain itu, persoalan yang lainnya adalah rendahnya ketaatan untuk minum obat.

Sebab, obat tersebut seharusnya diminum secara teratur hingga 6 bulan lamanya. Bila tidak di minum secara teratur maka akan terjadi resistensi sehingga obat yang diberikan tersebut tidak lagi bisa menyembukan TBC. penularan TBC[/caption] Dulu, pernah digalakkan gerakan PMO atau Pengawas Minum Obat, yaitu seseorang yang dibayar untuk mengawasi para pasien TBC agar tetap meminum obatnya secara teratur.

Bahkan para pasien TBC yang berobat di rumas kasit diberikan makan siang serta pengganti ongkos. Namun, apakah sekarang gerakan tersebut masih berjalan? Masalah lainnya yang terkait adalah masih banyaknya orang yang malu sehingga malah menyembunyikan anggota keluarganya jika menderita TBC. Hal ini sangat ironis sekali, sebab hal semacam ini tidak akan dapat menyembuhkan penyakitnya. TBC menyebar secara merata di berbagai wilayah di Indonesia, namun wilayah penyebaran yang terbesar adalah di Indonesia bagian timur seperti NTT, NTB, Maluku serta Papua. Kondisi pengidap TBC semakin memburuk karena berhubungan dengan kemiskinan serta perilakunya. Dan kabarnya, pemerintah menyediakan anggaran sebesar Rp 2 triliun untuk menanggulangi penyebaran penyakit TBC.

Meskipun ada dana bukan berarti bahwa usaha penanggulangan dapat berjalan mulus dengan adanya bertambahnya penduduk yang tertular penyakit HIV sehingga orang-orang yang mengidap HIV pastinya juga mengidap TBC. Selain itu, penyakit degeneratif lainnya seperti diabetes, juga menjadi persoalan tersendiri dalam penanggulangan TBC. Serta rendahnya kesadaran para penderita TBC sendiri yang terkadang lalai entah itu sengaja maupun tidak untuk rutin minum obat TBC.

Dengan menyebarnya penyakit TBC, maka sudah seharusnyalah  diperlukan bantuan dari pemerintah berupa himbuan agat para pasien TBC juga diharuskan untuk menjalani tes HIV. Sebab, cara seperti ini sudah banyak dilakukan oleh negara yang lainnya seperti Singapura, Makao serta Malaysia. Namun sayangnya, para pasien kebanyakan menolak anjuran untuk mengikuti tes HIV.

Selain itu pemerintah juga perlu untuk melibatkan lembaga masyarakat serta berbagai institusi yang terkait untuk lebih memasyarakatkan pengobatan TBC sehingga para masyarakat semakin mengerti tentang keperdulian pemerintah pada rakyatnya serta menghilangkan perasaan malu pada keluarga yang mengalami TBC. Sebab selama ini TBC selalu berkaitan dengan tingkat kemiskinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar